Sabtu, 09 April 2016

Pre Hospital Management dan Triage

Pre Hospital Management dan Triage

A. Definisi Triage
Triage adalah proses penolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmermann dan Herr,2006). Triage juga di artikan sebagai suatu tindakan pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B) dan circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita. Jadi bisa di simpulkan definisi triage adalah tindakan menolong seseorang yang dalam kondisi gawat darurat dengan memperhatikan konsep ABC (jalan nafas, kebersihan jalan nafas dan sirkulasi).
B.  Tujuan Triage
a.       Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.
b.      Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya.
c.       Menempatkan pasien sesuai dengan keakuatannya berdasarkan pada pengkajian yang tepat dan akurat.
d.      Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien.
C.     Prinsip Triage
a.       Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.
b.      Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan cepat kemungkinan yang dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit atau cedera yang mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.
c.       Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.
d.      Keakuaratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses pengkajian.
e.       Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
f.       Keselamatan dan keefektifan perawat pasien dapat direncakana jika terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuata.
g.      Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakuatan pasien.
h.      Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage yang dilakukan perawat adalah keakuatan dalam mengkaji pasien dan memberikan perawatan sesuai dengan prioritas pasien.
i.        Tercapainya kepuasan pasien.
j.        Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu yang benar dengan penyedia pelayananan yang benar.
D.    Klasifikasi Triage
Prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang tersedia, dan situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering digunakan antara lain sebagi berikut,
a.       Prioritas 1 atau emergency
b.      Prioritas 2 urgent
c.       Prioritas 3 nonurgent
Banyak tipe dari klarifikasi triage yang digunakan pada pre-hospital ataupun hospital.
E.     Triage Pre-Hospital
Triage pada musibah atau bencana dilakukan dengan tujuan bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. Pada musibah massal, jumlah korban puluhan atau mungkin ratusan, di mana penolong sangat belum mencukupi baik sarana maupun penolongnya sehingga dianjurkankan menggunakan teknik START.
Hal pertama yang dapat lakukan pada saat di tempat kejadian bencana adalah berusaha untuk tenang, lihat sekeliling dan menyeluruh pada lokasi kejadian. Pengamatan visual memberikan kesan pertama mengenai jenis musibah, perkiraan jumlah korban, dan beratnya cedera korban. Pengamatan visual juga memberikan perkiraan mengenai jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan untuk mengatsi situasi yang terjadi. Laporkan secara singkat pada cell center dengan bahasa yang jelas mengenai hasil dari pengkajian, meliputi hal-hal sebagi berikut.
a.       Lokasi kejadian.
b.      Tipe insiden yang terjadi.
c.       Adanya ancaman atau bahaya yang mungkin terjadi.
d.      Perkiraan jumlah pasien.
e.       Tipe bantuan yang harus diberikan.
F.      Komponen penting yang harus disiapkan diantaranya :
a.       Sistem komunikasi
Kejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan memperpendek masa pra rumah sakit yang dialami penderita. Pertolongan yang datang dengan segera akan meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan, hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun yang menemukan penderita pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana informasi diteruskan. Problemnya adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong, bagaimana cara   membimbing   dan   mobilisasi   sarana   tranportasi   (Ambulan),   bagaimana kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana berlangsung.
b.      Pendidikan 
Penolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke fasilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi dan tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. Karena itu orang awam yang menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :
·         Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
·         Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)
·         Menguasai teknik mengontrol perdarahan
·         Menguasai teknik memasang balut-bidai
·         Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi
c.       Tranportasi
Alat   tranportasi   yang   dimaksud   adalah   kendaraannya,   alat-alatnya   dan personalnya. Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa kordinasi yang baik. Hanya sebagian kecil yang   dilakukan   dengan   ambulan,   itupun   dengan   ambulan   biasa   yang   tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan bencana.
d.      Pendanaan
Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini berlaku di  Indonesia.  Pegawai negeri  punya ASKES,  pegawai swasta  memiliki jamsostek,  masyarakat  miskin  mempunyai  ASKESKIN.  Orang  berada  memiliki asuransi jiwa.
e.       Quality Control
Penilaian,   perbaikan   dan   peningkatan   system   harus   dilakukan   secara periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.
G.    Kategori Triage
a.       Triage dua tingkat.
Dalam system dua tingkat, pasien dikategorikan sakit atau tidak sakit. Pasien yang sakit membutuhkan perawatan darurat dengan kondisi yang membahayakan nyawa, tubuh, atau organ. Sementara itu, pasien yang tidak sakit ialah pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda serius, bisa menunggu jika perawatan sedikit tertunda.
b.      Triage tiga tingkat.
System ini banyak digunakan di Amerika Serikat. Pengategorian dapat ditentukan berdasarkan warna (merah, kuning, hijau). Atau pemberian nomer (kategori 1,2,3) tetapi pada dasarnya kategori tersebut merujuk pada kondisi di bawah ini.
a)                Gawat darurat
b)                Darurat
c)                Biasa
c.       Triage empat tingkat.
Penggunaan system ini dilakukan dengan menambahkan status live threatening (ancaman nyawa) selain status gawat darurat, darurat dan biasa.
d.      Triage lima tingkat.
Saat ini, skala triage lima tingkat banyak digunakan di seluruh UGD rumah sakit di Amerika Serikat. Pada skala ini ada penambahan level yaitu tingkat 1 yang berarti gawat darurat tertinggi ‘dan 5 tingkat pasien dengan kondisi yang paling ringan.
H.    Proses Triage
Ketika perawat triage menemukan kondisi yang mengancam nyawa, pernapasan, atau sirkulasi dibawah ke ruang perawatan. Pada tindakan triage, terdapat istilah undertriage dan uptriage. Dua konsep kunci ini sangat penting untuk memahami proses triage. Undertriage adalah proses yang underestimating tingkat keparahan atau cedera, misalnya: pasien prioritas 1 (segera) sebagia prioritas 2 (tertunda) atau prioritas 3(minimal). Uptriage adalah proses overestimating tingkat individu yang telah mengalami sakit atau cedera, misalnya pasien prioritas 3 sebagai prioritas 2 (tertunda) atau prioritas 1 (segera).
Tindakan awal perawat triage sebagai berikut.
a.          Memeriksa pasien.
b.         Mendengarkan suara yang tidak umum.
c.          Waspada terhadap baerbagai bau.
d.         Memutuskan apakah penangananan harus segera dilakukan.
e.          Memperhatikan pengontrolan infeksi dalam situasi apa pun.
f.          Membersihkan tangan dengan sabun atau pembersih tangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar