KARYA SENI RUPA
( KERIS )

OLEH :
LINDA.A
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap
syukur kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “ pusaka keris “. Dengan
makalah ini kami
mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah
ini, kami rancang untuk memberikan arahan dan tuntunan kepada semua orang yang
membaca makalah ini,agar mengerti asal usul keris.
Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa
dalam tugas ini masih terdapat kesalahan
serta jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami
berharap kepada pembaca
untuk memberikan masukan
dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya penyusun
tugas makalah ini
dapat bermanfaat bagi
para pembaca . Atas kritik
dan saran anda kami mengucapkan terimakasih.
Lumajang,11 Oktober 2012
Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar………………………………… . . . .1
Daftar isi…………………………………………. . .11
Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang……………………. . . .1
1.2
Rumusan Masalah………………. . . . .1
1.3
Tujuan…………………………… . . . .1
Bab.11 Pembahasan
2.1
Pengertian tentang keris……………… . 2
2.2
Bahan pembuatan keris……………… 2
2.3
Proses perawatn keris………………... 4
2.4
Desain pegangan keris………………. . 4
2.5
Perkembangan keris pada masa kini………5
2.6
Morfologi tentang keris…………………5
2.7
Fungsi keris……………………………6
Bab.111 Penutup
3.1
Kesimpulan……………………………...7
3.2
Saran……………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di zaman sekarang ini
keris memiliki fungsi yang beragam dan hal ini ditunjukkan oleh beragamnya
bentuk keris yang ada.Keris sebagai elemen
persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium
pertama.keris pada masa kini juga masih menjadi bagian dari sesajian. Keris
disebut-sebut sebagai benda yang punya kekuatan
mistik dan bahkan bisa berdiri.Keris untuk penggunaan semacam ini
memiliki bentuk berbeda, dengan pesi menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu
dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit" (tetapi tidak sama
dengan keris tangguh Majapahit).Media massa sering mengidentikkan keris semacam
ini dengan "seram",
"dukun", "klenik", "ilmu hitam", dan
lain-lain.padahal didalam ilmu pembuatannya itu adalah wesi aji,dan dengan itu
kita tahu bahwa leluhur kita amat cakap dalam ilmu gravitasi serta fisika dan
jauh dari kata "musyrik".alih-alih
menyebarluaskan pandangan yang benar tentang wesi aji,media massa malah
melakukan "bunuh diri budaya".
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa
pengertian keris?
·
Bagaimana
proses pembuatannya?
·
Bagaimana
perawatan keris yang benar ?
·
Bagaimana
perkembangan keris pada masa kini ?
1.3
Tujuan
Agar semua orang mengetahui asal usul
keris ,kegunaan keris yang benar.Sehingga tidak disalah gunakan pemakaiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
tentang keris

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya)
dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah.
Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak
simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok,
dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene),
yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata
tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli
Nusantara adalah kerambit.Berdasarkan dokumen-dokumen
purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-9. Kuat
kemungkinannya bahwa keris telah digunakan sebelum masa tersebut.
2.2 Bahan pembuatan keris
Pembuatan keris bervariasi dari satu empu
ke empu lainnya, tetapi terdapat prosedur yang biasanya bermiripan. Berikut
adalah proses secara ringkas menurut salah satu pustaka. Bilah besi sebagai
bahan dasar diwasuh atau dipanaskan hingga berpijar lalu ditempa
berulang-ulang untuk membuang pengotor (misalnya karbon serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah
dilipat seperti huruf U untuk disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya.
Selanjutnya lipatan ini kembali dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan
memanjang, campuran ini dilipat dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara,
kekuatan, dan posisi menempa, serta banyaknya lipatan akan memengaruhi pamor
yang muncul nantinya. Proses ini disebut saton. Bentuk akhirnya adalah
lempengan memanjang. Lempengan ini lalu dipotong menjadi dua bagian, disebut kodhokan.
Satu lempengan baja lalu ditempatkan di antara kedua kodhokan seperti
roti sandwich, diikat lalu dipijarkan dan ditempa untuk menyatukan.
Ujung kodhokan lalu dibuat agak memanjang untuk dipotong dan dijadikan ganja.
Tahap berikutnya adalah membentuk pesi, bengkek (calon gandhik),
dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau lurus. Pembuatan luk dilakukan
dengan pemanasan.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan
ornamen-ornamen (ricikan) dengan menggarap bagian-bagian tertentu
menggunakan kikir, gerinda, serta
bor, sesuai
dengan dhapur keris yang akan dibuat. Silak waja dilakukan
dengan mengikir bilah untuk melihat pamor yang terbentuk. Ganja dibuat
mengikuti bagian dasar bilah. Ukuran lubang disesuaikan dengan diameter pesi.
Tahap terakhir, yaitu penyepuhan, dilakukan
agar logam keris menjadi logam besi baja. Pada keris Filipina tidak dilakukan
proses ini. Penyepuhan ("menuakan logam") dilakukan dengan
memasukkan bilah ke dalam campuran belerang, garam, dan perasan jeruk nipis (disebut kamalan). Penyepuhan
juga dapat dilakukan dengan memijarkan keris lalu dicelupkan ke dalam cairan (air, air garam, atau minyak kelapa, tergantung pengalaman Empu yang
membuat). Tindakan penyepuhan harus dilakukan dengan hati-hati karena
bila salah dapat membuat bilah keris retak.
2.3
Proses perawatan keri
Pemberian warangan dan
minyak pewangi dilakukan sebagaimana perawatan keris pada umumnya. Perawatan
keris dalam tradisi Jawa dilakukan setiap tahun, biasanya pada bulan Muharram/Sura, meskipun hal ini bukan keharusan. Istilah perawatan keris adalah
"memandikan" keris, meskipun yang dilakukan sebenarnya adalah
membuang minyak pewangi lama dan karat pada bilah keris, biasanya dengan cairan asam (secara tradisional menggunakan
air buah kelapa, hancuran buah mengkudu, atau perasan jeruk nipis). Bilah yang telah dibersihkan
kemudian diberi warangan bila perlu untuk mempertegas pamor, dibersihkan
kembali, dan kemudian diberi minyak pewangi untuk melindungi bilah keris dari
karat baru. Minyak pewangi ini secara tradisional menggunakan minyak melati atau minyak cendana yang diencerkan pada minyak kelapa.
2.4 Desain pegangan keris
Pegangan keris (bahasa Jawa: gaman, atau hulu keris) ini
bermacam-macam motifnya, untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai dewa, pedande (pendeta), raksasa, penari, pertapa hutan dan
ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia dan biasanya bertatahkan
batu mirah
delima.Pegangan keris
Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu
sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan
pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas keselamatan.
Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan
tosan aji seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain itu, materi
yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam,
dan yang paling banyak yaitu kayu.Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar
terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir,
cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.
2.5 Perkembangan keris pada masa kini
Pada masa kini, kalangan perkerisan Jawa selalu melihat keris sebagai tosan
aji atau "benda keras (logam) yang luhur", bukan sebagai senjata.
Keris adalah dhuwung, bersama-sama dengan tombak; keduanya dianggap sebagai benda "pegangan" (ageman)
yang diambil daya keutamaannya dengan mengambil bentuk senjata tikam pada masa
lalu.Kebangkitan seni kriya keris di Surakarta dimulai pada tahun 1970,
dibidani oleh K.R.T. Hardjonagoro (Go Tik Swan) dan didukung oleh Sudiono Humardani], melalui perkumpulan Bawa Rasa
Tosan Aji.
Perlahan-lahan kegiatan pandai keris bangkit kembali dan akhirnya ilmu
perkerisan juga menjadi satu program studi pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Surakarta (sekarang ISI
Surakarta).Keris-keris
yang dibuat oleh para pandai keris sekarang dikenal sebagai keris kamardikan
("keris kemerdekaan"). Periode ini melahirkan beberapa pandai keris
kenamaan dari Solo seperti KRT. Supawijaya (Solo), Pauzan Pusposukadgo (Solo),
tim pandai keris STSI Surakarta, Harjosuwarno (bekerja pada studio milik KRT
Hardjonagoro di Solo), Suparman Wignyosukadgo (Solo).
2.6 Morfologi tentang keris
Keris atau dhuwung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bilah (wilah
atau daun keris), ganja ("penopang"), dan hulu keris (ukiran,
pegangan keris). Bagian yang harus ada adalah bilah. Hulu keris dapat terpisah
maupun menyatu dengan bilah. Ganja tidak selalu ada, tapi keris-keris
yang baik selalu memilikinya. Keris sebagai senjata dan alat upacara dilindungi
oleh sarung keris atau warangka.
Bilah keris merupakan bagian utama yang menjadi identifikasi suatu
keris. Pengetahuan mengenai bentuk (dhapur) atau morfologi keris menjadi
hal yang penting untuk keperluan identifikasi. Bentuk keris memiliki banyak
simbol spiritual selain nilai estetika. Hal-hal umum yang perlu diperhatikan
dalam morfologi keris adalah kelokan (luk), ornamen (ricikan),
warna atau pancaran bilah, serta pola pamor. Kombinasi berbagai komponen ini
menghasilkan sejumlah bentuk standar (dhapur) keris yang banyak
dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris.Pengaruh waktu memengaruhi gaya
pembuatan. Gaya pembuatan keris tercermin dari konsep tangguh, yang biasanya
dikaitkan dengan periodisasi sejarah maupun geografis, serta empu yang
membuatnya.
2.7 Fungsi keris
Pada masa kini, keris memiliki fungsi yang beragam dan hal ini
ditunjukkan oleh beragamnya bentuk keris yang ada.Keris sebagai elemen
persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama
menunjukkan keris sebagai bagian dari persembahan. Pada masa kini, keris juga
masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam
ritual/upacara mistik atau paranormal. Keris untuk penggunaan semacam ini
memiliki bentuk berbeda, dengan pesi menjadi hulu keris, sehingga hulu
menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian
atau "keris majapahit" (tidak sama dengan keris tangguh Majapahit)!.
Pemaparan-pemaparan asing menunjukkan
fungsi keris sebagai senjata di kalangan awam Majapahit. Keris sebagai senjata
memiliki bilah yang kokoh, keras, tetapi ringan. Berbagai legenda dari periode Demak–Mataram mengenal beberapa keris senjata yang
terkenal,
Keris juga berfungsi sebagai ageman atau perlengkapan
pakaian raja. Semakin keris yang dipakai raja dibuat oleh empu terkenal, maka
akan semakin membuat raja yang memakai semakin dikagumi dan disegani. Sebab,
biasanya keris buatan empu terkenal akan mempunyai kekuatan yang sangat ampuh.
Demikian pula dengan kerabat-kerabat raja dan pembesar-pembesar kerajaan
akhirnya juga memakai keris untuk menambah kharisma jabatannya.
Hingga saat ini pun masih banyak raja,
sentana dalem, maupun pejabat yang memiliki keris handalan yang dibuat oleh
empu-empu terkenal zaman dahulu.Bagi masyarakat Jawa sekarang, keris lebih
berperanan sebagai perlengkapan berbusana. Sangat jarang keris dibawa
kemana-mana jika tidak berkaitan dengan upacara tradisi, misalnya upacara
pengantin atau upacara merti dusun. Pada saat upacara tradisi itulah,
masyarakat Jawa baru mengenakan keris yang berfungsi untuk melengkapi pakaian
tradisional yang dikenakan, misalnya mengenakan pakaian surjan atau beskapan.
Namun tidak semua keris yang dipakai dalam upacara tradisional tersebut adalah
keris pusaka. Sebagian hanya keris sebagai asesoris yang dibuat dari bahan yang
asal-asalan saja seperti dari aluminium.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya).
Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak
simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok,
dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat
serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang
memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Keris juga memiliki kegunaan di dalam hidup kita.
3.2 Saran
Keris
adalah peninggalan leluhur kita yang harus kita jaga,lindungi serta
melestarikannya agar budaya bangsa Indonesia tidak hilang di telan oleh
perkembangan zaman yang sangat moder ini.Kita sebagi penerus bangsa hendaklah
bangga pada semua anugrah yang telah di berikan leluhur kita.Jangan pernah
menyerah untuk melestarikan kebudayaan kita yaitu budaya asli Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar